KUNINGAN - Bertani menjadi salah satu kegiatan yang tengah digandrungi oleh masyarakat terutama di masa pandemi COVID-19 saat ini. Hal itupun yang dilakukan pemuda bernama Nadiawan Zovival Hizbullah. Pemuda 25 tahun asal Desa Bandorasa Kulon, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat ini memilih untuk menjadi petani ketimbang bekerja di perusahaan. Kini pria yang akrab disapa Zovi ini menanam ribuan pohon Jahe merah di lahan samping rumahnya.
Sudah enam bulan lebih Zovi menanam jahe merah. Bergelut di dunia pertanian bukan hal baru bagi Zovi. Sejak 2018 lalu sepulang bekerja di Jepang, Zovi mulai bertani dengan menanam palawija di lahan seluas 2.850 meter persegi.
"Sudah 6 bulan berjalan menanam jahe merah, sebelumnya menanam palawija seperti jagung dan cabai di lahan yang sama seluas 200 bata atau 2.850 meter persegi, " kata Zovi saat berbincang dengan detikcom di rumahnya Sabtu (23/1/2021).
Meningkatnya permintaan jahe merah di masa pandemi COVID-19 ini juga jadi alasan Zovi kemudian beralih menanam jahe merah dari yang sebelumnya menanam palawija.
Meski belum mendapatkan hasil panen dari jahe merah yang Ia tanam, namun Zovi sudah mengetahui akan kemana jahe merah miliknya akan dijual. Kata dia, hasil panen jahe merah sudah dipesan oleh sebuah perusahaan.
"Jadi selain karena minat bertani, ada juga permintaan dari perusahaan. Dengan adanya permintaan jahe ini makanya saya serius, jadi nanti ketika dipanen sudah ada yang nampung hasil panennya, " ungkap Zovi.
Namun menurutnya jahe yang dipesan oleh perusahaan harus merupakan jahe merah organik. Jahe merah organik sendiri ialah jahe merah yang ditanam dilarang menggunakan bahan-bahan kimia.
Dalam waktu 4 hingga 5 bulan ke depan Zovi baru bisa memanen jahe merahnya. Dari 2.500 pohon yang ditanam, Ia diperkirakan akan mendapat 7, 5 ton jahe merah organik. Hasil panen itu tentunya sudah ditunggu oleh perusahaan yang memesan.
Menurut Zovi satu kilogram jahe merah organik dihargai Rp 30 ribu per kilogramnya oleh perusahaan. Ia pun akan mendapat keuntungan hingga Rp 225 juta di panen pertamanya nanti.
"Sekarang 2.500 pohon estimasi panen 7, 5 ton. Kita akan tambah terus tanaman jahe sehingga nanti tiap bulan bisa panen terus. Kalau Kentungan itu sekilo Rp 30 ribu karena untuk perusahaan. Jadi ya sekitar Rp 225 juta, " lanjutnya.
Zovi bercerita menggeluti dunia pertanian sebenarnya bukanlah cita-citanya saat kecil. Ia justru memiliki keinginan untuk menjadi seorang pilot.
"Cita-cita saat kecil itu sebenarnya ingin jadi pilot tapi seiring berjalannya waktu saya cuma ingin menjalani yang disukai jadi sejalan dengan hobi. Jadi memang saya tidak hobi kerja kantoran dan sukanya kaya gini, " ujar Zovi. Zovi juga menjual tunas jahe merah kepada masyarakat. Hal itu dilakukan karena banyaknya minat masyarakat untuk ikut menanam jahe merah organik. Bahkan Zovi saat ini juga membina kelompok tani jahe merah.
"Jadi memang sekarang banyak temen-temen dan masyarakat yang ikut menanam jahe merah. Sekarang ada kelompok taninya yang tidak terpatok di Bandorasa Kulon aja. Saya juga jualin tunas bibitnya untuk yang mau tanam jahe merah, " kata Zovi.
Zovi bertekad untuk terus mengembangkan untuk menanam jahe merah organik. Zovi percaya jika dirinya akan berhasil menjadi petani jahe merah yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
"Man jadda wajada, siapa yang bersungguh sungguh pasti akan berhasil. Saya bertekad bisa bermanfaat untuk banyak orang di sekitar saya dengan menjadi petani jahe ini, " pungkasnya.(***)