Keripik Krispi Debong Atau Krisbong, Makanan Cemilan Hasil Kreatif Warga Tunggilis Pangandaran

    Keripik Krispi Debong Atau Krisbong, Makanan Cemilan Hasil Kreatif Warga Tunggilis Pangandaran
    Keripik Krispi Debong Atau Krisbong, Makanan Cemilan Hasil Kreatif WargacTunggilis Pangandaran

    PANGANDARAN - Kreatif dan inovatif, warga di Tunggilis Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran, mengubah gedebok pohon pisang menjadi makanan yang enak dan layak konsumsi.

    Gedebok pohon pisang yang memiliki kandungan vitamin C ini, dapat dimanfaatkan warga untuk diolah menjadi makanan ringan, yang dapat di makan saat sedang santai atau ngobrol sama teman.

    Mencarinya juga tidak susah, karena pohon pisang ini banyak tumbuh di wilayah perkampungan dan hampir semua memiliki pohon pisang. 

    Semua bagian pohon pisang ini, seperti buah pisang dan daunnya, banyak dimanfaatkan oleh semua warga, tapi dengan bagian bonggol dan batangnya jarang di manfaatkan oleh warga.

    Kebanyakan warga membuangnya atau digunakan untuk pupuk pohon pisangnya sendiri.

    Namun, beda dengan yang satu ini, beberapa ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT), gedebok  pohon pisang ini dapat digunakan sebagai bahan dasar membuat makanan ringan krispi yang renyah.

    Gedebok pohon pisang yang dulunya sering dibuang, kini mereka olah menjadi makanan ringan Keripik Krispi Debong atau Krisbong.

    Cara untuk mengolah pun tidak terlalu rumit, setelah gedebok batang pohon tersedia, gedebok tersebut diiris tipis-tipis dan di rendam satu hari satu malam dengan menggunakan kapur sirih.

    Tujuannya, adalah untuk menghilangkan rasa keset pada gedebok pohon pisang tersebut.

    Setelah dilakukan pengirisan, selanjutnya hasil irisanya dicampur tepung kering dan langsung ke proses penggorengan.

    Kemudian hasil penggorengannya, dicampur bumbu penyedap rasa seperti atom atau lainnya sesuai dengan rasa yang diinginkan.

    Tapi ingat, gedebok yang bisa di olah menjadi Krisbong, hanya debong pohon pisang kepok karena saat dikonsumsi rasanya tidak keset.

    Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Tunggilis, Atik mengatakan ini hasil karya kreativitas dan inovasi yang muncul dari kelompok.

    "Awalnya, dulu hanya dikonsumsi oleh kelompok saja, ketika sedang kumpulan, " kata Atik, saat ditemui Tribun Jabar dirumahnya, Rabu (13/1/2021).

    Tapi, menurut ia, kemungkinan dari mulut ke mulut orang lain tahu, dan alhamdulillah dengan perlahan mulai ada yang memesan.

    "Harganya pun sangat terjangkau di kalangan masyarakat, mulai dari harga 5.000 sampai 10.000 ribu rupiah per kemasnya, " katanya.

    Tapi, tambah ia, sebenarnya itupun tergantung pemesanan, kalau pesanannya banyak, tentunya harga bisa nego.

    "Saya berharap, semoga kedepannya kripik debong ini bisa dijual di pasar luas, sehingga minimalnya bisa memberdayakan potensi sumber daya manusia yang ada disekitar wilayah Kecamatan Kalipucang, " katanya.

    Nanang Suryana Saputra

    Nanang Suryana Saputra

    Artikel Sebelumnya

    15 Kondisi Orang Tak Bisa disuntik Vaksin...

    Artikel Berikutnya

    Terkait Proyek Jalan Tol Semarang-Batang,...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Bhabinkamtibmas Polsek Nyalindung Polres Sukabumi Aktif Sambang Warga, Sampaikan Pesan Kamtibmas dan Kewaspadaan
    Anggota Polsek Cikalong Laksanakan Giat Gatur Pagi
    Polsek Nyalindung Polres Sukabumi Gelar Patroli Dialogis untuk Tingkatkan Keamanan dan Kesadaran Masyarakat
    Polsek Bungursari melaksanakan patroli di beberapa lokasi untuk meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat
    Personil Polsek Cipatujah Giat Sambang Silaturahmi kepada Warga Binaanya

    Ikuti Kami