INDRAMAYU- Desa Cangkring Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu memiliki potensi wisata kuliner yang luar biasa. Pasalnya, selain memiliki hutan mangrove berusia ratusan tahun, juga memiliki kuliner yang khas yakni pindang pancer.
Bahkan, sepanjang perjalanan menuju lokasi wisata hutan mangrove, banyak situs pemakaman Belanda dan Jepang.
“Jarak yang panjang dengan pemandangan mangrove besar serta tempat bersarang burung endemik menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung, ” papar Pj Kuwu Desa Cangkring Kecamatan Cantigi Tarmudi SKom MM.
Dikatakannya, wisata ini merupakan tempat eksotis yang sangat berpotensi menjadi wisata unggulan, yakni dengan memadukan wisata alam mangrove dengan kuliner pindang pancer.
Menurut Tarmudi, paket wisata mangrove dan pindang pancer merupakan salah satu gebrakan untuk menghidupkan kembali kuliner pindang pancer.
“Di Saluran Blok Haji Jono rencananya akan dibuat Pasar Apung yang dibuka setiap Sabtu dan Minggu dengan mengadopsi seperti floating market serta tempat pemancingan, ” ungkapnya.
Langkah Pj Kuwu Cangkring mendapat dukugnan dari tokoh pemuda desa setempat. “Jika program itu terwujud maka Cangkring akan menjadi daerah wisata yang dapat mendongkrak ekonomi masyarakat. Semoga program dari Bapak Pj Kuwu Cangkring terealisasi dan masyarakat semua mendukung, ” kata Tokoh Pemuda Cangkring, Supriyadi.
Diungkapkan Supriyadi, Desa Cangkring merupakan daerah dengan potensi perikanan dan pusat budi daya rumput laut. Hal itu dibuktikan dengan adanya panen ikan bandeng imlek yang ukurannya minimal 1 kilogram sampai 4 kilogram. “Sampai saat ini kurang lebih sudah 200 ton, ” katanya.
Untuk diketahui, jika wisatawan ingin menjelajahi hutan mangrove sampai ke muara, per orang dikenakan Rp100 ribu per orang dengan kapasitas minimal 7 orang.
Pemberangkatan dibatasi kuota per 10 orang dengan ketentuan waktu berangkat pagi pulang sore. Adapun fasilitas yang ditawarkan ada makan, minum, bakar ikan serta mancing.(***)