JAKARTA - Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) memperingatkan layanan kesehatan di Indonesia, terutama Pulau Jawa dalam kondisi genting dan tidak mampu lagi menampung pasien. Hal ini disebabkan oleh lonjakan kasus Covid-19 sejak akhir Desember, dan ada pasien yang ditolak masuk rumah sakit karena penuh.
"Tanda-tanda kolaps layanan kesehatan sebenarnya sudah terindikasi sejak September 2002, yang kemudian pada penerapan PSBB di DKI Jakarta. Menjelang pertengahan November 2020, saat pelaksanaan pilkada serentak dan libur nataru memperburuk ketidakmampuan RS menampung pasien, " kata Relawan Tim Bantu Warga LaporCovid-19 dr. Tri Maharani dalam siaran resminya, Jumat (15/1/2021)
Tri mengatakan hingga awal Januari, ada 23 laporan kasus pasien yang ditolak di rumah sakit karena penuh, meninggal di perjalanan, serta meninggal di rumah karena ditolak oleh rumah sakit. Laporan banyak datang dari Jabodetabek, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Selain itu, Lapor Covid-19 juga menemukan sistem rujuk antar fasilitas kesehatan tidak berjalan baik, dan sistem informasi kapasitas RS tidak berfungsi.
Akibatnya banyak warga yang memerlukan penanganan darurat akibat Covid-19, tidak mendapatkan tempat. Tri mengatakan masalah-masalah tersebut belum selesai juga masih menghantui penanganan pandemi ini.
Belum lagi minimnya perlindungan bagi tenaga kesehatan, yang terlihat dari 620 tenaga kesehatan yang meninggal akibat Covid-19 hingga Jumat (15/1/2021).
Meski saat ini pemerintah tengah menjalankan vaksinasi, Tri menilai pelaksanaan 3T (testing, tracing, dan treatment) masih belum berjalan optimal. Tidak ada pembatasan sosial secara ketat, dan di tengah tingginya penularan seolah hanya menjadi beban masyarakat untuk melakukan 3M.
Berdasarkan survei kebutuhan puskesmas CISDI periode Agustus-September, sebanyak 40% Puskesmas masih kekurangan masker bedah untuk memberikan pelayanan pada pasien Covid-19.
Direktur Kebijakan CISDI Olivia Herlinda menegaskan dibutuhkan transparansi dari pemerintah dalam penanganan pandemi ini. Kurangnya transparansi ini menurutnya membuat upaya pemerinta menambah kapasitas tempat tidur, tenaga kesehatan tidak akan mencukupi kebutuhan layanan karena pasien yang membludak.
"Perbaikan sistem informasi kesehatan sudah tidak mungkin ditunda. Publik harus mendapatkan akses terhadap pendataan, dan informasi dengan pembaruan real-time. Di layanan primer, pengendalian kasus dan penapisan pasien kritikal untuk dilakukan di bawah transformasi pelayanan kesehatan primer dan reformasi sistem kesehatan nasional, katanya.
Sebagai informasim Data Kementerian kesehatan (Kemenkes) menunjukan bahwa pada Jumat (15/1/2021) pukul 12.00 WIB terdapat 12.818 pasien baru Covid-19. Rekor ini memecahkan rekor kasus baru harian sehari sebelumnya 11.557 orang. Totalnya hingga hari ini ditemukan 882.418 kasus positif di Indonesia.
Kasus baru tersebut ditemukan dari 49.466 orang yang selesai menjalani tes Covid-19. Hal ini mencerminkan dari bahwa dari 4 tes covid-19 yang dilakukan ditemukan 1 kasus positif.
Sementara itu, pasien yang sembuh bertambah 7.491 orang sehingga total menjadi 718.696 penyintas. Adapun kasus kematian bertambah 238 orang sehingga total menjadi 25.484 orang.
Tercatat ada 138.238 kasus aktif per hari ini, yang sebagian membutuhkan pertolongan medis.(***)