KUNINGAN - Pandemi Covid-19 yang hingga saat ini masih belum juga teratasi, telah memaksa Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilakukan secara daring. Bupati H Acep Purnama SH MH, dengan tegas meminta agar para orang tua intens membimbing anak-anaknya di rumah masing-masing.
Diakui bupati, pola pendidikan di tengah pandemi Covid-19, baik dilakukan secara tatap muka ataupun daring, tentunya ada pro dan kontra, khususnya di masyarakat. Ia menyebut, ada orang tua/wali murid yang khawatir, dan tidak setuju dengan program pendidikan daring, namun dengan berbagai pertimbangan, pola ini untuk sementara harus tetap diberlakukan.
“Ada lagi orang tua yang mendesak, bahkan ada penyelenggara pendidikan, dalam hal ini sekolah-sekolah ataupun dalam bentuknya yayasan, madrasah dan lain sebagainya, ingin segera memulai (KBM tatap muka). Hanya saja dengan pertimbangan-pertimbangan yang lain (sementara tidak bisa KBM tatap muka), ” kata Bupati Acep, kemarin (1/2).
Maka dari itu, bupati mengajak kepada semua pihak, khususnya para orang tua siswa, untuk sama-sama berpikir untuk keselamatan dan perlindungan terhadap semua, khususnya para siswa sekolah. Karena dengan KBM daring juga bisa dilakukan dengan baik.
“Ini harus ada yang terselamatkan, harus ada yang diselamatkan, harus ada yang terlindungi dan dilindungi.Tohmasih ada cara lain (KBM) dengan daring. Adapun kalau satu sama lain dibandingkan, ya jangan. Gak usah dibanding-bandingkan. Prinsipnya pemerintah melarang, belum mengizinkan untuk adanya KBM dengan tatap muka, ” tegas Bupati.
Ia mencontohkan, perbandingan pendidikan dengan pasar, termasuk dengan pariwisata yang kembali sudah dibuka. Hal itu kata Acep, justru berbeda segmen.
“Punten, itu segmennya lain. Dari dulu pasar sulit untuk kita tutup, untuk kita batasi dan sebagainya. Di sana, ya terjadi kerumunan. Pertimbangan kami, di pasar ini banyaknya ruang terbuka, ” tutur Bupati Acep.
“Kita saksikan, ada beberapa pasar yang ditutup, seperti di Jakarta, karena itu sudah menjadi klaster. Itu paling ditutup 3 hari. Karena itu (pasar, red) skala prioritas yang harus kita lindungi untuk tetap keberlangsungannya. Ekonomi, terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Beda, jadi, ” imbuh Bupati.
Lalu bagaimana dengan kondisi anak-anak yang sudah terlalu lama belajar di rumah, dan justru diketahui malah banyak bermain gadget, menurut Bupati kondisi ini harus menjadi tanggung jawab bersama. Karena anak-anak itu sedang berlangsung pembelajarannya di rumah masing-masing.
“Punten, kepada orang tua, wali, keluarga, saya titipkan itu, untuk supaya anak-anak patuh. Saya menyaksikan di beberapa sekolah, dengan pengetatan proses belajar mengajar dengan daring, bisa berlangsung dengan baik. Kewajiban anak-anak menggunakan seragam walaupun tidak berangkat ke sekolah itu diterapkan. Itu salah satu bukti, ” ucapnya.
Maka dari itu, bupati mengimbau kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) dan seluruh pemangku kebijakan di bidang pendidikan di Kuningan, untuk sementara agar tetap menerapkan sistem pembelajaran secara daring.
“Walaupun di rumah, anak-anak pada saat jam sekolah wajib hadir di belakang alat pendukung, HP, laptop, komputer, dan lain sebagainya, dengan berseragam sesuai dengan sekolah masing-masing. Lalu (kepada Disdikbud) titipkan, sampaikan kepada keluarganya secara baik-baik bahwa proses pembelajaran sudah tahap ini, tahap ini dan seterusnya, ” imbau Bupati.(***)